Saturday, November 27, 2010

Love Letter

(my version of love letter, altered and changed according to my feelings from the one i got from Farah)
For you that I always love,

How are you doing? How’s the weather there? Does it rain like it did here today?
No matter where you are, do know that my boundless prayers to Allah for your wellbeing and for you to have a blissful life are with you every single time I wrapped up my daily prayers.

Lately, I’ve been tested with a number of tests by God but I am quite happy to tell you that I think Allah have made me such a better person through these tests. At times, I talk to myself and wonder about you. You must be really special as I have gone through so much to meet you, in which it never crossed my mind that it would be this challenging : )

You live your life according to Sunnah. You prostrate yourself to Allah from dawn till night. You weep secretly at night for your wrongdoings and mistakes. You praised Allah for every single nikmah that He provides you with. Your heart fills with His grace and your heart swells with love for Muhammad pbuh. You watch the sky during the day and night and your heart flutters in mesmerism for His magical creation. You call yourself rich but not with material wealth. You are rich with love towards our Creator and the creations and i guess that is more than enough for me.

You try you best to improve yourself and become a better Muslim. You dream to uplift the pillar of Islam at its highest point and you want to contribute something for our religion. But at the end of the day, you still feel that there’s an empty space somewhere in your heart. That’s because Allah has intentionally spare that empty space for a special person. That is, your wife, the one who is made from your left rib, designed by Allah just for you. And your heart longingly misses her although you might not have met her yet.

My dear,
Although I DON’T KNOW YOU YET, you may be someone I know. Or maybe not. I know you are pursuing the best of your life as a Muslim, as well as your best being a husband.

I will wait for you because I believe that you will look for me : )

I just want to say, I love you and I miss you so much. Lillah. Be a good servant of Him, be a good son, brother. When the time arrives, you will find me and we’ll stroll down this journey call life together as life partners to gain Allah’s love for the hereafter. Amin

Take care,

4 Perkara Yang Harus Disembunyikan


  • Musibah

  • Kelebihan

  • Sedekah

  • Kesakitan

Taubat


Wahai Tuhan jauh sudah
Lelah kaki melangkah
Aku hilang tanpa arah
Rindu hati sinarmu

Wahai Tuhan aku lemah
Hina berlumur noda
Hapuskanlah terangilah
Jiwa di hitam jalanku

Ampunkanlah aku
Terimalah taubatku
Sesungguhnya engkau
Sang Maha Pengampun Dosa

Ya Rabbi ijinkanlah
Aku kembali padaMu
Meski mungkin takkan sempurna
Aku sebagai hambaMu

Ampunkanlah aku
Terimalah taubatku
Sesungguhnya engkau
Sang Maha Pengampun Dosa
Berikanlah aku kesempatan waktu
Aku ingin kembali
Kembali kepadaMu

Dan mungkin tak layak
Sujud padaMu
Dan sungguh tak layak aku

penyanyi: Opick

Monday, November 22, 2010

Jalan Tun Tan Cheng Lock?

To choose to be in God-driven path invites countless obstacles and test. Like they say, life is a test. Well, it is a test. The tests come in strings, like you’re playing tennis with a pro – it comes one after another, nerve wrecking, heart wrenching, soul shaking and of course patient testing. Life isn’t a fairytale you see.

And Allah had already mentioned about this in the Holy Quran. But the main point is knowing does not define understanding and absorbing the facts taught that you have all the patience is the world to face the test with a heart wide open ‘berlapang dada’ .Only piety (taqwa) can lead you to stroll down the path of Allah like breathing the air.

“Berbekalkah! Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (al-Baqarah:197)

And piety will mould patience so that it sticks in one’s heart.

Sesungguhnya Kami mendapati ia (Ayyub) seorang yang sabar. Ia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya ia amat taat (kepada Rabbnya).” (Shaad: 44)

Why does it have to be patient and not other values? Because patience umbrellas all other values. To have patience means that you have embraced the 6 pillars of iman wholeheartedly.

The six pillars of iman MAY look simple but when it comes to believing in qada’ dan qadar especially how many of us could still pass with flying colours. In order to really embrace this pillar, sincerity needs to take place together with patience.

“Agar engkau dapat tenang dan konsentrasi penuh dalam beribadah kepada Allah. Sebab jika engkau tidak bersikap rela dengan qadha’ Nya maka hati dan pikiranmu akan dipeuhi oleh rasa cemas dan ragu-ragu. Engkau akan selalu bertanya: Mengapa demikian? Dan mengapa itu terjadi? Bila hati ini sudah dipenuhi perasaan dan pikiran yang mengganggu, bagaimana mungkin bisa tenang dan kusyuk beribadah? Bila hatimu yang Cuma satu itu disesaki dengan pelbagai urusan dunia, lantas mana tempat yang tersisa untuk berzikir kepada Allah dan beribadah kepada-Nya, serta memikirkan akhirat” (Imam Al- Ghazali, Minhajul Abidin)

A patient person is also constantly promised by Allah for good news, dua’ and blessing (rahmat) from Him.

“Dan berikahlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan akan dikembalikan kepada-Nya”
(Al-Baqarah :155-156)

Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka” (al-Baqarah: 157)

Those who are patient are also loved by Allah,

“Allah menyukai orang-orang sabar” (Ali ‘Imran: 146)

Once the Prophet mentioned that,
“Tidak ada pemberian Tuhan yang diberikan kepada seseorang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran

Abdulllah bin Umar r.a also once said;

“Seluruh kebaikan orang-orang mukmin itu terkumpul dalam sabar yang hanya sesaat itu”

“Orang-orang yang lebih memilih akhirat daripada dunia itu akan mengalami cubaan yang lebih parah dan lebih banyak. Semakin ia dekat kepada Allah, maka musibah dan ujian dunia akan lebih banyak dan lebih keras menerpanya. Tidakkah engkau mendengar sabda Rasulullah saw.,

“Manusia yang paling berat cubaannya ialah para nabi, kemudian para ulama, kemudian orang yg terbaik dan kemudian yang terbaik di bawahnya’

The question is, takutkah kita untuk menyelusuri jalan ini? Sesungguhnya jalan ke syurga itu penuhi duri dan kesulitan tetapi jalan ke Neraka itu penuh keseronokan dan keindahan. Namun, tidak dapat kita nilai keberkatan, kasih sayang Allah yang telah menjaga kita dari kecil di dalam kandungan ibu sehingga sekarang dengan sedikit kesusahan yang kita hadapi sekarang.

As for me, Aku tidak dapat memujiMu ya Allah sebagaimana engkau memuji Rabb-Mu sendiri, kerana terlalu banyak kenikmatan yang telah kau berikan kepadaku. I was lost, he brought me home. I was kufur, He put me back on the right track. Where could I find such love? He guided in so many ways and I don’t even think that I’m qualified for all these blessings.

From what I see, the test is a test of love. To test my love for Allah, cinta yang sungguh kecil berbanding dgn Rabb-nya. But I pray that I can pass all these tests with the strength and blessing granted by Him.

Jangan takut untuk diuji, kalo tidak diuji mana kan tahu dalamnya cinta.. Heh! ;p (ahah!) Marilah bersabar kawan-kawan,dan sahabat-sahabat. Percaya lah pengorbanan ini akan terbayar, you're not alone and Allah is watching us.

p/s: listening to Without you – Sami Yusuf

Thursday, November 18, 2010

Patut Uzlah?

tempat Nabi Muhammad s.a.w menyampaikan khutbah terakhir

Uzlah adalah memencilkan diri dari masyarakat umum dengan tujuan menjaga iman atau mungkin secara lebih logic dengan iman kita pada zaman ini, adalah memencilkan diri kerana lemahnya iman kita yang dikhuatiri akan tertmbah lemah, kurang konsentrasi, jika terlalu banyak berhubung dengan dunia luar.

Antara contoh perbuatan uzlah yang tercatat dalam al-quran sendiri adalah kisah pemuda-pemuda bergelar ashabul-kahfi yang melarikan diri bersama seekor anjing di dalam satu gua kerana tujuan untuk menyelamatkan keimanan dari desakan pemerintah Raja yang zalim yang mana kemudian mereka ditidurkan Allah selama kurang lebih 309tahun.

Gambaran tentang uzlah juga disebut sendiri oleh Nabi Muhammad s.a.w dalam sebuah hadith yang berasal dari Abdullah bin ‘Amr ibnul-‘Ash.

“Ketika kami tengah berada disekeliling Nabi saw, tiba-tiba disebutkan tentang satu fitnah. Lalu beliau bersabda

‘Apabila kalian melihat manusia telah merusak janjinya, meremehkan amanah, saling bertikai satu sama lain menjadi seperti ini (sambil beliau merangkai jemarinya)’

Kemudian aku bertanya ‘Lalu apa yang harus kita perbuat pada saat itu, semoga Allah taala menjadikan aku sebagai tebusanmu?’

Beliau menjawab,

‘Tetaplah tinggal di rumahmu dan kendalikan lidahmu. Ambillah apa yang engkau tahu dan tinggalkan apa yang hatimu menolaknya. Juga hendaknya engkau memperhatikan urusan peribadimu dan tinggalkan urusan masyarakat umum darimu’

Dan disebut pula pada hadits lain, bahawa beliau pernah bersabda ’Itu adalah zaman kekacauan’

Uzlah menuntut kita mengurangkan perhubungan dengan manusia atas dasar menjaga keimanan. Tambahan pula pada zaman sekarang manusia berlumba-lumba mempromosi dan mencari populariti agar dikenali di laman-laman sosial. Perkenalan tidak memerlukan usaha yang berat, hanyalah sekadar menekan butang kekunci di komputer sahaja.

Uzlah juga bukan bermaksud memutuskan silaturahim sebaliknya uzlah lebih berperanan sebagai langkah pencegahan daripada perkenalan-perkenalan atau perhubungan, komunikasi manusia yang lebih banyak menimbulkan dosa jika dibandingkan dengan manfaat yang kita dapat dari kekerapan pertemuan.

Sebagai contoh, kita mungkin saja mengatakan mahu melepak, menonton wayang, menonton perlawanan bola di kedai mamak dan lain-lain dengan kawan-kawan lama untuk ‘catch up’ atau ‘updating session’ namun updating session ini mungkin saja lebih banyak menceritakan hal-hal duniawi yang melibatkan ghibah, mengumpat, percakapan yang tidak membawa kebaikan dan lain-lain dosa berbanding dengan kebaikan seperti dakwah.

Namun begitu bagi lelaki, antara uzlah yang disarankan adalah uzlah dan hidup berjamaah. Sebagai contoh, seseorang haruslah menjaga diri dan mengurangkan aktiviti luar, lepak, berpeleseran, borak kosong dan lain-lain tetapi pada masa yang sama masih menjalankan aktiviti jemaah yang dituntut agama seperti Solat fadhu di masjid, solat jumaat dan lain-lain kerana
‘ dalam solat jemaah itu terdapat kekuatan agama dan kesempurnaaan Islam, serta membuat orang kafir dan atheis tidak rela dengannya’ (Imam al-Ghazali - Minhajul Abidin).

Saranan ini juga dikuatkan dengan sabda Nabi yang menekankan kepentingan berkumpulan disebalik saranan uzlah. Nabi bersabda,
“Hendaklah kalian hidup bersama jemaah. Sebab sesungguhnya bantuan Allah Ta’ala berada pada jemaah. Dan sesungguhnya setan itu adalah serigala bagi manusia. Serigala itu menyergap dan membunuh domba yang terpisah jauh dari kelompoknya serta menyendiri (dari kelompok, jamaah)”

Baginda Rasulullah juga bersabda;
”Sesungguhnya setan itu bersama orang yang menyendiri dan ia menjaga jarak dengan dia manusia bila jumlahnya dua orang (yang tengah berjemaah).”

Oleh itu uzlah disini, jelas masih menuntut kita berhubung dengan manusia tapi dengan kadar yang bersesuaian sahaja, bukannya berlebih-lebihan tanpa tujuan di laman-laman web terutamanya.

Kebaikan menjaga hubungan agar tidak terlalu kerap bertemu dan bersuka-suka bersama dengan masyarakat umum atau kawan-kawan secara lazimnya juga boleh dilihat daripada pengertian ziarah atau bertamu dari kitab Minhajul Abidin narrated by Imam Al-Ghazali

’...Berziarah dan bertamu pada saudara-saudara seiman di jalan Allah adalah termasuk inti dari ibadah kepadaNya. Di dalamnya terkandung pendekatan mulia kepada Allah Azzawa Jalla, di samping berbagai manfaat dan kebaikan bagi hati si hamba. Akan tetapi, ada dua syarat yang harus di penuhi:

1. Hendaknya engkau tidak melakukannya terlalu sering atau berlebihan. Sebagaimana Nabi saw pernah bersabda kepada Abu Hurairah r.a,

”Berkunjunglah dalam waktu-waktu tertentu, nesacaya engkau akan saling bertambah cinta”

2. Hendaknya engkau memelihara kejujuran selama berkunjung pada sesama muslim, serta menjauhi sikap riya’ dan membagus baguskan diri. Tinggalkan perkataan yang tidak berguna, ghibah dan yang semacamnya.Sebab, hal itu akan berbalik menjadi bencana terhadap dirimu dan saudaramu.’

Dalam percubaan memperbaiki diri, uzlah adalah sesuatu yang cuba aku lakukan, namun amat berat kerana banyaknya hati-hati yang cuba dijaga dan silaturrahim yang cuba dipertahankan walaupun aku amat sedar yang kebanyakkannya kurang memberi manfaat kepadaku. Itulah kelemahan iman seorang hamba.

Ya Rabb uzlah kan aku dari kejahatan
Ya Rabb berikan aku kekuatan dalam menjalani agamaMu
Berikan aku ketenangan dan keteguhan hati’
Kasihani aku ya Allah, jadikanlah aku insan bertaqwa.
Permudahkan yang terbaik buatku dan peliharalah aku dari kembali kufur.
Amin.

Ibadah Haji:Lambang Cinta Suci


SYEIKHUL Islam Ahmad bin Abdur Rahim Dahlawi mengatakan: Sering kali kerinduan manusia begitu memuncak, dia ingin melepaskan rindunya itu. Maka tiada jalan untuk memuaskan hati yang rindu kecuali dengan mengerjakan ibadah haji.

Dia mencuba menunjukkan rindunya kepada Tuhan dalam sembahyang yang dilakukannya setiap hari, bahkan di tengah-tengah malam yang sunyi – air mata kerinduannya menitis dengan khusyuknya dalam menyatukan jiwanya kepada Tuhan. Tetapi air mata yang kadang-kadang turun dengan deras itu, belumlah dapat melepaskan gelora rindu yang mendorong dan menyesak-nyesak dari dalam kalbunya.

Bahkan banyak pula Muslim yang berhati rindu, tetapi tidak dapat melahirkannya dalam amal sehari-hari, kerana kesibukan pekerjaan yang harus dihadapi, dan dia tidak dapat melepaskan diri daripada tugas-tugas hidup yang harus ditunaikannya, selama dia masih berada di negerinya.

Hanya ada satu jalan yang dibukakan Tuhan untuk mereka ini, iaitu tinggalkanlah kesibukan itu, lepaskanlah rindu terhadap Tuhan yang memenuhi jiwa itu, dengan berangkat ke tanah suci untuk mengerjakan ibadah haji. Maka terubatlah segala kerinduan, terlepaslah sementara cengkaman kesibukan yang dilalui selama ini.

Dan yang ada sekarang, di tanah suci ini, hanyalah anda dengan Tuhan, yang terus berhadapan dengan hati suci yang ikhlas, murni dan di tempat-tempat suci inilah Nabi Ibrahim pada hampir 50 abad yang lampau telah menempahkan keikhlasan yang sepenuh-penuhnya kepada Tuhan. (Hijjatullahil Balighah, jilid I hal. 59).

Kita bersyukur kepada Allah SWT kerana jemaah haji dari Malaysia meningkat dari setahun ke setahun. Apa yang kita harapkan pemergian mereka ini akan memperoleh haji mabrur. Lebih penting lagi kita berharap agar mereka dapat membawa cermin kemabruran itu ke dalam lingkungan masyarakat mereka: Di kalangan keluarga, jiran tetangga, sekampung, sekota, dan akhirnya seluruh tanah air.

Menurut ulama, haji mabrur adalah haji yang tidak dicampuri dengan dosa-dosa. Ini bermaksud bahawa kebajikan haji yang diperoleh mereka yang melakukannya telah membentengi diri mereka daripada maksiat dan dosa. Orang yang mendapat haji mabrur akan semakin kuat imannya serta makin meningkat amal ibadatnya.

Haji mabrur merupakan haji yang sangat mulia dan berharga, justeru ia menjadi harapan setiap orang yang beriman. Dalam hubungan ini Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud; Dari umrah ke umrah adalah penghapus dosa di antara kedua-duanya. Dan haji mabrur ada balasannya iaitu syurga. (Hadis riwayat Bukhari & Muslim)

Dalam ibadah haji yang menjadi ukuran mabrur atau tidak ialah dengan ukuran seberapa banyak amal ibadah haji yang telah dilakukan itu berupaya melahirkan suatu kesedaran moral dan spiritual yang dapat pula melahirkan semangat untuk melakukan perkara-perkara kebaikan sehingga berjaya mengubah diri daripada sikap negatif kepada sikap positif.

Rasulullah bersabda yang bermaksud; Barangsiapa yang menunaikan haji di Baitullah kemudian tidak berkata keji dan tidak membuat kefasikan, maka dosa-dosanya dihapuskan sebagaimana hari yang dilahirkan oleh ibunya. Keampunan dosa hanya akan termakbul dengan memperoleh haji mabrur. Pendek kata, haji mabrur itu berkaitan dengan amal kebaikan yang dilakukan oleh para jemaah.

Disebutkan dalam sahih Muslim, bahawa Rasulullah ditanya tentang kebaikan. ‘‘Baginda menjawab, “akhlak yang baik.” Ibnu Umar pula berkata, ‘‘Sesungguhnya kebaikan merupakan sesuatu yang mudah, iaitu wajah yang berseri dan perkataan yang lembut.”

Perilaku seperti inilah yang seharusnya menjadi perhiasan seseorang ketika mengerjakan ibadah haji. Ia harus sentiasa menjalinkan hubungan sesama manusia dengan kata-kata dan perlakuan yang terpuji.

Rukun Islam kelima, mengerjakan haji di Baitullah mempunyai hikmah tersendiri. Ibadah ini bukan sahaja menuntut kepada pengorbanan fizikal tetapi juga spiritual. Namun demikian, salah satu hikmah ibadah ini adalah ia sebenarnya mengajar manusia tentang cinta.

Pada ibadah haji terangkum pelbagai ‘kisah’ cinta. Ia mengajar manusia tentang cinta kerana cinta dan kasih sayang itulah sebenarnya tonggak kejayaan, kekuatan dan kehebatan sesuatu umat itu.

“Cinta pada Allah – Kerana cinta kepada Allah juga seorang yang menjadi tetamu Allah perlu sanggup meninggalkan keluarganya, berbelanja harta benda dan bersiap siaga bagi membuat perjalanan ke Mekah. Ibadah haji juga sudah semestinya menunjukkan rasa cinta kepada Allah. Ini kerana, sejak dari mula hingga akhir ibadat haji dipenuhi dengan zikir dan ucapan tanda ingatan kepada Allah.

Aisyah r.a. meriwayatkan dalam sebuah hadis yang bermaksud, ‘‘Sesungguhnya dijadikan tawaf di Kaabah, Saie antara Safa dan Marwah, melontar jamrah adalah untuk zikir dan mengingati Allah.”

“Cinta pada Raasuluah SAW – Menerusi ibadah haji juga seseorang itu dapat menzahirkan rasa cinta pada Rasul sehingga sanggup mengikut sunnah Nabi. Hal ini diceritakan sahabat Umar al-Khattab. ‘‘Kalau tidak kerana Nabi SAW mencium hajaratul aswad tidaklah aku melakukannya.”

Jadi tanpa perlu bertanya apakah hikmahnya, tetapi yakin bahawa setiap apa yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah wahyu dan perintah Allah. Maka kita mencium hajaratul aswad sebagai tanda cinta kepada junjungan besar kita.

“Cinta sesama manusia – Ibadah ini mendidik manusia untuk merasa cinta sesama manusia. Dalam perjalanan atau bermusafir, setiap jemaah perlu sentiasa bertolak-ansur sesama sendiri. Bukan mudah untuk bermusafir kerana ketika itu segala urusan termasuk makan dan tidur tidak teratur. Namun dengan adanya tolak -ansur yang terbit daripada rasa kasih sayang di dalam sesebuah jemaah itu, segalanya jadi mudah.

“Cinta Adam dan Hawa – Arafah dan Jebal Rahman merupakan lambang cinta Adam dan Hawa setelah terpisah lama. Ia dinamakan sebagai Arafah kerana Adam dan Hawa dipertemukan dan saling kenal mengenali antara satu sama lain semula di bumi ini. Begitulah Allah menjadikan fitrah lelaki mencintai wanita dan bukan cinta sesama sejenis.

“Cinta bapa pada keluarga – Melontar jamarat pula melambang perasaan cinta seorang bapa kepada keluarga. Peristiwa melontar jamrat ini adalah contoh bagaimana seharusnya cinta keluarga kepada Allah itu harus dizahirkan iaitu dengan melindungi mereka dari hasutan iblis. Ibadah ini menganjurkan supaya kita mencontohi perbuatan Nabi Ibrahim, Hajar dan Nabi Ismail melontar iblis yang menghasut mereka agar tidak menyembelih Ismail seperti yang diperintah oleh Allah.

“Cinta ibu pada anak – Begitu juga saie, yang merupakan salah satu Rukun Haji yang diabadikan dari kisah cinta seorang ibu kepada anaknya. Hajar yang terpaksa berlari dari Safa ke Marwah sehingga tujuh kali demi mencari air buat anak kecil yang ditinggalkan. Sesungguhnya ia melambang betapa cinta dan kasihnya seorang ibu pada anaknya. Begitu juga telaga zam-zam iaitu air yang keluar dari tolakan kaki seorang bayi. Betapa kisah saie ini kini menjadi satu dari rukun umrah dan haji.

“Cinta anak pada bapa – Bangunan Kaabah juga merupakan binaan hasil kerjasama ayah dan anak, iaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah mereka lama tidak berjumpa. Akhirnya mereka diketemukan di tapak Kaabah dan diperintah membina Kaabah dan bertawaf. Ibadah korban lembu pula memperlihatkan lambang cinta dan taat seorang anak pada ayahnya demi melaksanakan perintah Allah. Nabi Ismail sanggup menjadi korban demi memenuhi perintah Allah sebelum digantikan dengan seekor kibash. Peristiwa ini merupakan manifestasi cinta insan kepada Allah yang lulus ujian dan taat kepada-Nya.

“Cinta alam sekitar – Allah menerapkan rasa cinta kepada alam. Para jemaah haji dilarang berburu, membunuh haiwan dan memotong pokok. Ini merupakan satu penghormatan pada tanah haram dan merupakan satu latihan kepada manusia untuk menghargai alam semula jadi.

Keseluruhan ibadah haji terkandung pelbagai manifestasi cinta. Betapa cinta sesama manusia hanya akan terasa bila dirasakan semuanya sama di sisi Allah.

Justeru, falsafah haji mewajibkan jemaah menggunakan fesyen yang sama, warna seragam, tempat, waktu dan yang sama. Mereka tinggalkan pangkat dan nama bagi menjadikan naluri mereka juga merasa sama. Hanya dengan menyamakan diri dengan orang lain terbit rasa cinta.

Justeru, perjalanan mengerjakan haji ini adalah satu ibadah yang penuh dengan hikmahnya dan manifestasi cinta. Perasaan kasih sayang yang merupakan inti pati kepada setiap ritual itu menunjukkan bahawa perasaan itu adalah naluri semula jadi manusia.

Perasaan kasih sayang tidak hanya kepada orang yang disayangi tetapi juga kepada Allah, Rasul, orang lain, alam semula jadi dan seterusnya setiap kejadian Allah. Sesungguhnya ibadah haji ini begitu banyak pengajarannya dan sejarahnya. Justeru, ia perlu dilaksanakan dengan penuh keikhlasan, moga-moga dengan itu kita akan memperolehi haji yang mabrur.

Datuk Dr. Mashitah Ibrahim

Timbalan Menteri Di Jabatan Perdana Menteri

p/s: I wish to perform this pilgrimage in the near future. Though there are many limitations and obstacles like with whom will i go with, how do i afford the journey in a short time and how do i avoid the impossible queueing period which takes years, i believe Allah is listening. Keep praying :)

"Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, kerana sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami" (Ath-Thur)