Tidak tahu, bila kan melihat keajaiban
Tika masa iman menjadi jalan terbuka,
Mendahului datangnya cahaya,
Mematri dua jiwa secocok sama
Buat jadi alur bahasa
mengukur ketulusan dan kesejatian cinta
Tidak tahu, bila akan melihat keajaiban,
Pipinya basah dengan air mata,
Dari melawan ketidaksukaanNya,
Di sebalik ketidaktahuan kita.
Pun lebih bergetar, luluh hatinya,
Takut nafsu meloncati rasa
Lantas dia berdiri di jendela,
Melepas hela, dan bertanya,
Sudikah kau Humaira, berjuang bersama?
Untuk merenda mimpi,
Merajut cita-cita,
Juga menjaga diri
Yang lemah tatkala
belahan jiwa masih menari-nari?
Nukilan rasa:
- Jaime Othman (26 Zulkaedah/24October 2011)
No comments:
Post a Comment